Aifin dan Arifan
(Saudara Kembar yang Terpisah)
Aifin dan Arifan adalah sudara kembar. Sejak umur 1 tahun merek berdua sudah terpisah. Arifan pada saat itu diinggalkan ibunya di kamar karena ibunya mau menyiapkan air untuk memandikan Arifan. Sedangkan Aifin digendong ayahnya di kebun belakang.
Tanpa disadari dua orang, yaitu waita dan laki-laki masuk lewat jendela dan mengambil Arifan dan membawanya pergi jauh. Saat air sudah siap, ibunya kembali ke kamar mengambil Arifan untuk dimandikan. Tetapi, apa yang terjadi sebuah teriakan yang membuat seluruh orang rumah maupun lura rumah pada kaget.
“Ada apa, ma?” tanya ayah.
‘Itu,Yah. Arifan,Yah, tidak ada. Arifan hilang, Yah..” sambil menangis, “Padahal tadi, maka tinggal sebentar untuk menyiapkan air tapi apa yang terjadi setelah mama kembali? Arifan sudah tidak ada, Yah…”
“Sudahlah, ma. Nanti kita cari Arifan bersama-sama, kalaupun belum ketemu, kita telepon polisi.”
“Tapi, yah. Mama merasa bersalah karena mneinggalkan Arifan sendirian…”
“Sudahlah, ma. Kita serahkan semuanya pada yang diatas, Tuhan!”
berhari-hari mencari tidak juga ketemu padahal sudah diumumkan di Koran, radio bahkan televisi juga belum ketemu. Pencarian pun berakhir saat umur Aifin 9 tahun.
Pada saat itu Aifin bertanya pada ayahnya,”Yah, ada apa dengan mama?”
“Tidak ada apa-aa, nak. Mama kamu hanya kelelahan..”
“Tapi kenapa mama selalu memanggil aku dengans ebutan Arifan sedangkan Ayah memanggilku Aifin?”
“Namaku itu sebetulnya siapa sih, Yah?”
“Nama kamu itu Richard Aifin..”
“Tapi kenapa mama?”
“ Oh..itu. mama kamu ngefans sama penyanyi terkenal dulu yang katanya wajahnya mirip sama kamu. Ya..Arifan itu…”
“ Oh…gitu ya Yah..”
Sekarang Aifin berumur 19 tahun. Dia bersekolah di SMAN 2 Brawijaya Malang. Pada liburan sekolah ini Aifin dan teman-temannya liburan ke Bali selama 2 minggu. Hari minggu Aifin dan teman-temannya brangkat ke Bali.
Begitu juga dengan Arifan sekarang juga umurnya 19 tahun. Dia bersekolah di SMN 1 Bali. Di Bali nama Arifan diganti oleh pengasuh yang menculiknya menjadi Dewa Arifan atau Dewa. Dewa diasuh dengan penuh kasih saying seperti anak kandungnya sendiri. Liburan sekolahini Dewa dengan teman-temannya berlibur ke kota Malang selama 2 minggu. Sama dengan Aifin, Dewa juga pergi pada hari minggu.
Jam 03.00 Aifin sampai di Bali. Dia dan teman-temannya mencari tempat pengiapan yang tanpa sengaja dekat dengan tempat tinggal Dewa atau Arifan itu.
Sama dengan Aifin, Dewa juga tiba di malang jam 03.00. Dewa mencari rumah penginapan, dimana penginapan tersebut dekat dengan tempat tinggal tantenya, yang sebenarnya Dewa tidak tahu kalau mempunyai tante.
Pada [agi hari Aifin dan teman-temannya jalan-jalan menuju panati. Di jalan Aifin disapa dengan panggilan Dewa, dan banyak orang di jalan yang senyum, terlihat rama seakan-akan mereka akarab, padahal ifin baru kali ini pergi ke Bali. Aifin-pun bingung kenapa tadi ia dipanggil Dewa, padahal namanya Aifin. Teman-teman Aifin juga ikut bingung.
Sedangkan Dewa dan teman-temannya perggi mencari makanan utuk sarapan. Langkah Dewa terhenti saat ada seorang wanita memanggil dirinya Aifin. Wanita itu berkata:
“ Fin, katanya kamu liburan ke Bali? Kamu ke sini ke rumahnya tante ya? Ada apa? Apa ada masalah di rumah?”
Dewa-pun bingung.
“Maaf, bu. Saya bukan Aifin, saya Dewa”.
“ Dewa Shiwa maksudmu?! Ach, kamu jangan bercanda. Kamu kan tahu tante nggak suka bercanda..”
dalam pikiran Dewa, dia menganggap kalau wanita itu gila, dia dan teman-temannya lari dengan cepat mneuju penginapan dan tidakjadi membeli makanan.
Wanita itupun berterika, “Fin, ada apa? Kenapa kamu lari?”
Wanita itu atau tante Shanty itu bingung dan setelah itu dia langsung menuju ke rumah Aifin.
Ting tong, suara bel berbunyi. Salah satu pembantu membukakan pintu.
“Oh…ibu, ada apa, bu?”
“Dimana bu Umi?”
“Itu ibu ada di kamar..”
Tante Shantypun menuju ke kamar bu Umi, kakaknya.
Tok…tok….
“Siapa?”
“Aku,kak…Shanty….”
“Oh… masuk aja…”
“Kakak sedang apa?”
“Aku habis mandi. Ada apa kamu ke sini, Shanty?”
“Aku Cuma mau menanyakan satu hal. Aifin apa tidak jadi liburan ke Bali?”
“Lho, masa kamu tidak tahu? Dia kan pamitan ke kamu!”
“Iya, sih. Tapi tadi dia ada di sekitar rumahku!”
“Masa sih?”
“Iya, kak.”
“Coba aku hubungi dia!”
Bu Umi meraih handphone yang ada di teras lemari cerminnya.
“Haloo… Aifin?”
“Iya, mam. Ada apa, mam?’
“Tidak ada apa-apa. Kamu sekarang ada dimana?”
“Lho…aku kan liburan ke Bali sama teman-teman. Mama lupa ya??”
“ Tidak. Ini nich, tantemu mau ngomong kalau kamu sekarang ada di Malang. Kamu tidak di bali…”
“Iya, tante. Kalau tante nggak percaya dengarkan ini! Suara ombak, burung camar, dan musik tradisional Bali.”
“Bener ya, nggak bohong?”
“Iya, tante. Aku berani bersumpah!”
“ya udah. Kalau begitu hati-hati ya disana..”
“Iya tante…”
“Bagaimana, kamu udah percaya sekarang?”
“Iya, kaka. Tapi yang tadi itu kalau bukan Aifin terus siapa?”
Mereka berdua-pun berpikir dan secara serempak mereka berucap bersamaan: “ Mungkin itu Arifan!”
“Sekarang ada dimana?”
“Tidak tahu kak. Tadi aku tahu di depan warung sebelah rumahku..”
“Ayo kita kesana!”
Mereka berdua menuju ke warung, dimana kata tante Shanty melihat Aifin yang katanya Arifan itu.
Sedangkan yang terjadi di Bali, Aifin dan teman-temannya berenang. Setelah itu kembali ke penginapan. Sampai di sana mereka berniat untuk kembali ke Malang karena uang mereka mulai menipis.
Bu Umi dan tante Shanty menuju ke tempat, dimana Arifan berada. Sampai di sana tidak lama kemudian Aifin menghubungi mamanya.
“Halo, mama. Ma aku sudah sampai di rumah, lho…”
“Katanya 2 minggu?”
“Rencananya begitu tapi uang kami habis. Jadi takut tidak bisa pulang. Mama sekarang ada dimana?”
“Mama ada di rumah tante Shanty. Kamu cepat ke sini ya..”
“Iya, ma. Aku segera kesana…”
Tidak lama kemudian Aifin datang.
“Ada apa, ma?”
“Tidak ada apa-apa. Apa benar kamu pergi ke Bali? Tidak bohong sama mama?”
“Aifin kan sudah bilang sama mama kalauAifin liburan ke Bali. Laian Aifin kan tidak suka berbohong!”
“Iya, deh. Mama percaya. Ayo kita pulang!”
“Tapi, kak. Arifan bagaimana?”
“Mungkin itu hanya halusinasimu saja. Lagian kamu kenapa membuatku sedih mengingat Arifan?!”
“Tidak kak. Itu beneran kok!”
“Ma, siapa sih Arifan itu?” Tanya Aifin.
“Tidak. Bukan siapa-siapa kok!”
“Tidak. Pasti ada yang disembunyikan dari aku. Ayo dong ma kasih tahu…”
Tidak lama kemudian ayah menelpon.
“Ma, mama ada dimana?”
“Di rumahnya Shanty.. Mama dengan Aifin di sini.”
“Aifin sudah pulang ya mam?”
“Iya, yah. Ayah ke sini ya…”
Aifin terus bertanya pada mamanya tapi tidak dihiraukan oleh mamanya. Ayahnya datang. Mama menyuruh ayahnya untuk menceritakan tentang Arifan.
“Iya dong Yah, ceritakan Aifin dari dulu kan penasaran..”
“Iya…iya…. Arifan itu adik kamu. Kalian itu saudara kembar. Waktu kecil Arifan hilang saat ditinggal mamamu di kamar untuk menyiapkan air untuk memandikannya. Sampai sekarangpun belum ketemu…”
“Lho, kenapa mama menangis?” Tanya Aifin saat melihat mamanya menangis.
“ Mama bersalah karena telah meninggalkan Arifan sendirian sehingga arifan hilang. Mungkin diculik orang…”
“ Jangan cengeng, ma. Mama kan bilang pada Aifin kalau mama tidak suka anak yang cengeng, kok sekarang mama yang cengeng?”
“Ayo kita pulang. Nanti kita kemalaman”
“Ayo kak, Shanty antar sampai di depan.”
Sesampai di depan halaman, tante Shanty melihat sesosok wajah mirip Aifin yang sedang makan di warung sebelah.
“Kak…kak itu kak… di warung ..”
“Apa Shanty?”
“Itu…kak. Mungkin Arifan..”
“Mana?”
“Itu kak di warung, lagi makan.”
“iya…ayo kita kesana!”
aifin, Ayah, Bu Umi dan tante Shanty mneuju dimana warung tempat Arifan makan.
“Arifan!” bu Umi memeluk Dewa atau Arifan itu.
Dewa-pun bingung.
“Ada apa, bu?”
“Kamu anakku…!”
Dewa-pun tidak percaya. Dewa dan teman-temannya berpikir kalau di lingkungan ini banyak orang gilanya.
Kemudian bu Umi menunjukkan Aifin kakaknya yang mukanya mirip dengannya.
“Dia kakakmu! Kalian ini saudara kembar. Sejak umur 1 tahun, kamu hilang diculik orang!”
Teman-teman Dewa-pun bertambah bingung, kalau Dewa ada dua. Dewa dan teman-temannya pun percaya.
“Ayo sekarang kamu ikut mama. Kita sekarang pulang. Alan kutunjukkan bukti kalau kamu itu Arifan!”
Sesampai di rumah, Dewa melihat rumah itu seperti istana, tidak seperti rumahnya di Bali.
“Ini dia foto kalian waktu masih berumur 1 tahun. Ini kamu Arifan, kamu mempunyai tahi lalat besar di pahamu. Iya, kan?”
“ Iya, bu..”
“Jangan panggil aku bu, aku ini mamamu dan ini ayahmu. Ini kakakmu Aifin.”
“Selamat dating di rumah adikku Arifan,”kata Aifin.
“Terima kasih, kak!”
sementara itu teman-teman Dewa atau Arifan di penginapan sdang mneunggu dia yang rencananya mereka mau pulang lebih cepat. Setelah Dewa datang dengan Aifin kakaknya, dia berkata:
“Kalian kembali saja dulu dan tolong bilang sama ibu dan bapak di Bali. Suruh datang ke sini..”
“Iya, kamu hati-hati ya disini Dewa..”
“Iya, selamat tinggal teman-teman…”
Mosy salah satu teman Dewa memberitahukan kepada ibu dan bapaknya Dewa kalau mereka berdua disuruh ke Malang menyusul Dewa, di penginapan. Dalam hatinya mereka berdua bertanya-tanya.
Setelah sampai di Malang, mereka berdua dikejutkan oleh dua Dewa. Karena sebelumnya mereka berdua tidak tahu sebenarnya Dewa mempunyai saudara kembar. Setelah itu mereka berdua ditanyai oleh bu Umi, Aifin dan Arifan.
“Kenapa kalian menculik anakku?” Tanya bu Umi
“Karena kami ingin mempunyai anak sedangkan kami tidak bisa mempunyai anak. Hanya ingin mempuyai anak. Satu-satunya jalan keluar agar kami dapat mempunyai seorang anak…”
“Ya udah, tidak apa-apa” kata ayah.
“Terima aksih kalian telah membesarkan Arifan dan memebrikan kasih saying seakan kalian orangtua kandungnya dan Arifan memohon kepada kami kalau kalian berdua tidak dipenjara. Tapi kalian tetap menjadi orangtua asuhnya Arifan…”
“Terima kasih, pak. Kami berdua sangat senang sekali…”
“Sama-sama dan sekarang Ayah dan ibunya Aifin dan Arifan ada dua..Hore….” teriak Aifin dan Arifan berbarengan!
Tammat